Friday, January 12, 2018

Mata Najwa Menyingkap Tabir Rahasia

Mata Najwa tayang di Trans7
Najwa Shihab kembali melanjutkan Program Mata Najwa di Trans7.
Dengan gaya khas, NajwaShihab melipatkan kaki kanannya di atas kaki kiri, badan agak dicondongkan ke depan mendekat ke nara sumber spesialnya hari itu, penyidik KPK Novel Baswedan. Matanya yang bulat menatap lurus dengan konsentrasi penuh ke Novel Baswedan yang mengalami kebutaan di mata kirinya akibat disiram air keras oleh orang tidak dikenal.

Tidak seperti episode Mata Najwa lainnya yang  tampil di studio atau di lokasi tertentu dengan ratusan penonton, wawancara ekslusif Mata Najwa dengan Novel Baswedan ini berlangsung di ruangan sempit. Hanya tampak Najwa dan Novel Baswedan, berdua saja mengungkap kasus yang diduga melibatkan aparat Polri.

“Bang Novel, ini sudah 106 hari sejak penyerangan (air keras ) itu terjadi, Anda penyidik senior, kalau Anda di posisi yang menyelidiki kasus ini, apakah pelakukan sudah tertangkap atau belum?” seperti biasa Najwa mencecar nara sumbernya menggali fakta secara mendalam.

“Tiga bulan itu waktu yang sangat lama, kasus teroris yang rumit saja bisa dikerjakan dalam waktu dua sampai tiga bulan (oleh penyidik Polri). Ini bukan masalah kemampuan, tapi kemauan dan keberanian,” ujar Novel yang saat diwawancara menggunakan jaket hitam dipadu celana kain coklat muda.

Najwa seakan mendapat kata  kunci dari jawaban sang nara sumber, yang dijadikan pertanyaan lanjutan. “Ini soal kemauan dan keberanian, dua hal ini apakah dimiliki oleh penyidik Polri yang menangani kasus Anda ini?” ujar Najwa sambil menopangkan tangannya di dagu menunggu jawaban Nowel. Begitulah Najwa Shihab penuh keberanian menyingkap tabir rahasia para nara sumbernya, tanpa tendeng aling-aling.

Mundur dari Metro TV

Wawancara ekslusif pada 26 Juli 2017 ini menjadi  tayangan terakhir Mata Najwa di Metro TV. Ketika itu, bincang-bincang Najwa berupaya menggali fakta dibalik upaya oknum-oknum menyingkirkan penyidik KPK Novel Baswedan yang tengah menangani kasus korupsi kelas kakap. Pada bulan Agustus 2017, melalui episode Catatan Tanpa Titik, Najwa secara resmi menyatakan pengunduran dirinya dari Metro TV.

Setelah 7 tahun Mata Najwa mengudara dengan total tayangan 511 episode, alasan Najwa mundur dari Metro TV sangat klasik, yakni kontrak kerjasama Mata Najwa dengan Metro TV sudah berakhir. Najwa Shihab mundur dengan jabatan terakhir sebagai Wakil Pimpinan Redaksi Metro TV. Hingga kini, tidak ada yang tahu pasti apa penyebab Najwa Shihab mengundurkan diri.

Pada awal 2018, dengan blak-blakan Najwa mengungkapkan bahwa Mata Najwa akan tayang di Trans7, setiap Rabu pukul 20.00. “Ketika tiba waktunya bergerak datang, insyaallah Mata Najwa akan kembali hadir. Alhamdulillah, waktu untuk hadir kembali ke medium dan partner yang tepat,” ujar Najwa.

Penayangan kembali Mata Najwa disambut antusias para penggemarnya yang sudah merindukan kepiawaiannya dalam menggali fakta dan mengungkap rahasia dari para nara sumber. Najwa Shihab memiliki kemampuan mencecar pertanyaan yang tepat dan tajam, tanpa menimbulkan kemarahan dari nara sumber. Hal ini karena sudah terbangun trust  atas sosok Najwa sebagai host yang objektif, tajam, dan terpercaya.

Keluarga Najwa

Najwa Shihab yang akrab dipanggil Nana lahir di Makassar pada 16 september 1977. Merintis karir sebagai jurnalis Metro TV sejak Agustus 2000, pernah  menjadi anchor berita prime time Metro Hari Ini, Suara Anda, dan Program Bincang-Bincang Mata Najwa.

Najwa merupakan putri kedua Quraish Shihab, Menteri Agama pada Kabianet Pembangunan VII. Najwa menikah dengan Ibrahim Assegaf dan memilki satu anak laki-laki yang akrab dipanggil Izzat. Najwa menyelesaikan S-1 di Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI) pada 2000. Semasa SMA, dia terpilih mengikuti program AFS, bina antarbudaya dengan belajar selama satu tahun di Amerika Serikat.

Najwa sempat merintis karir di RCTI, dan akhirnya menjadi reporter Metro TV pada Agustus 2000. Dia memilih bergabung dengan Metro TV karena stasiun televisi swasta ini dinilai lebih menjawab minat besarnya terhadap dunia jurnalistik.

Prestasi Jurnalistik

Najwa Shihab mencetak banyak prestasi sepanjang perjalanan karirnya sebagai jurnalis, pada 2005 dia mendapat penghargaan dari PWI Pusat atas laporan-laporan beritanya dari Aceh ketika bencana tsunami melanda kawasan tersebut Desember 2004.

Pada 2006, ia terpilih sebagai jurnalis terbaik Metro TV dan masuk nominasi pembaca berita terbaik Panasonic Awards. Pada tahun yang sama, bersama sejumlah wartawan berbagai negara, Najwa terpilih menjadi peserta Senior Journalist Seminar yang berlangsung di sejumlah kota di AS, dan menjadi pembicara pada Konvensi Asian American Journalist Association.

Pengakuan profesionalisme Najwa juga datang dari mancanegara, pada 2007 Najwa kembali masuk nominasi Pembaca Berita Terbaik Panasonic Awards, dan masuk nominasi (5 besar) ajang bergengsi di tingkat Asia, yaitu Asian Television Awards untuk kategori Best Current Affairs/Talkshow Presenter.

Najwa terus-menerus memperkuat dan memperkaya wawasan keilmuannya. Pada awal 2008, ia terbang ke Australia sebagai peraih Full Scholarship for Australian Leadership Awards dan mendalami bidang hukum media. Di tahun 2010, kembali Najwa Shihab masuk sebagai nominasi Presenter Berita Terbaik Panasonic Awards.

Pada 2016, Najwa Shihab ditunjuk sebagai Duta Baca Indonesia oleh Perpustakaan Nasional. Dia mulai gencar mengampanyekan kecintaan pada buku, literasi, dan memiliki kepedulian pada tingkat membaca buku di kalangan anak muda. Amanah ini diberikan kepadanya hingga 2020 mendatang.

(Sumber : wikipedia, metrotvnews, youtube, tribunnews)



Tuesday, January 9, 2018

Laku Musisi Legendaris Yon Koeswoyo

Yon Koeswoyo Vokalis Koes Plus
Yon Koeswoyo 

...Andaikan kau datang kemari, jawaban apa yang kan kuberi, adakah jalan yang kau temui, untuk kita kembali lagi...

Musisi legendaris Indonesia, Koesyono Koeswoyo atau yang akrab disapa Yon Koeswojo bersama band ternama Koes Plus telah menempati hati para penggemar di masanya, hingga masa setelahnya.

Yon Koeswoyo merupakan gitaris, penulis lagu, dan vokalis Koes Plus yang cukup dikenal di lintas generasi. Suara Yon yang dusun dan serak memberi kesan keluguan dan ketulusan sehingga membuat lagu-lagu yang dia dendangkan masuk ke persona para penggemarnya.

Sebut saja beberapa lagu Hit Koes plus, yaitu Manis dan Sayang, Kisah Sedih di Hari Minggu, Kolam Susu, Bujangan, Bunga di Tepi Jalan, Why Do You Love Me, dan Andaikan Kau Datang Kembali,  tidak lekang oleh pergantian zaman dan perputaran waktu.

Keluarga Koeswoyo

Kоеѕуоnо Kоеѕwоуо lаhіr dі Tubаn, Jаwа Tіmur, 27 Sерtеmbеr 1940 , merupakan anak ke-6 dari 9 bersaudara dari pasangan Rаdеn Kоеѕwоуо dаn Rr Atmіnі. Yon Koeswoyo bersama saudara-saudaranya melalui masa kecil di tuban. Kemudian pada 1952, keluarga Koeswoyo pindah ke Jakarta mengikuti sang Ayah yang dimutasi ke Kementrian Dalam Negeri. Di Jakarta, keluarga Koeswoyo menempati rumah  di Jalan Mendawai III, Nomor 14, Blok C, Kebayoran baru, Jakarta Selatan hingga masa pensiun sang Ayah.

Menginjak usia remaja, Yon Koeswoyo bersama saudara-saudara kandungnya membentuk grup band  yang diberi nama Koeѕ Brоthеrѕ раdа 1958. Komposisi Koes Brothers yakni Jon Koeswoyo pada bass, Tonny Koeswoyo pada gitar, Nomo Koeswoyo pada drum, dan Yon Koeswoyo duet dengan Yok Koeswoyo menjadi vokalis grup band Keluarga Koeswoyo ini. Satu gitaris diambil dari luar keluarga Koeswoyo yaitu Jan Mintarga.

Koes Brothers mulai merekam album perdana pada 1962. Satu tahun perjalanan karir mereka, Jаn Mіntаrаgа mеngundurkаn dіrі, kemudian gruр іnі bеrgаntі nаmа mеnјаdі Koeѕ Bеrѕаudаrа. Beberapa waktu kemudian, kakak tertua mereka Jon Koeswoyo pun mengundurkan diri menyisakan 4 personil grup band.

Lagu-lagu Koes Bersaudara di awal-awal masuk industri musik antara lain: Senja, Telaga Sunyi, Pagi Yang Indah Sekali, Bis Sekolah dan lainnya. Namun, karya-karya mereka tersebut belum membuat melimpah secara materi. Terkadang, mereka harus tampil di panggung-panggung kecil seperti hajatan perkawinan, ulang tahun, dan sunatan.

Kegiatan bermusik Koes Bersaudara dibungkam pada 29 Juni 1965, saat pemerintahan orde lama era Soekarno memasukkan mereka ke dalam penjara Glodok.  Mereka masuk hotel prodeo tanpa proses pengadilan usai  tampil membawakan lagu “I Saw Her Standing There” milik The Beatles yang dinilai kebarat-baratan oleh rezim saat itu.

Koes plus

Pada 1969, Nоmо Kоеѕwоуо memilih mundur sebagai drummer Koes Bersaudara dan berdagang untuk menghidupi keluarganya. Posisinya digantikan oleh Kаѕmurі atau yang lebih dikenal dengan раnggіlаn Murrу. Grup band ini kemudian berubah nama lagi menjadi Koes Plus yang kemudian mengeluarkan album volume I “Dhag-Dheg Plas”.

Saat mengeluarkan album kedua, nama Koes Plus mulai melambung dan dielu-elukan masyarakat. Kоеѕ Plus реrlаhаn mеrаіh kерорulеrаn dаn merajai bаnd nаѕіоnаl lewat lagu  “Dеrіtа” ѕеrtа “Mаnіѕ Dаn Sауаng”, “Sеnја”, “Cіntаmu Tеlаh Bеrlаlu” .

Hingga 1974, Kоеѕ Pluѕ sudah mеrіlіѕ ѕеkіtаr 24 аlbum. Masa 1970-аn menjadi eranya mereka, lаgu-lаgu Koes plus selalu bertengger di tangga lagu hit Indonesia seperti  “Buјаngаn”, “Mudа-Mudі”, “Kеmbаlі kе Jаkаrtа”, dаn lаіnnуа.

“Kembalinya”  Koes Bersaudara

Ketika ketenaran Koes Plus mulai menurun, banyak masyarakat dan insan musik Indonesia yang merindukan bersatu kembalinya Koes Bersaudara. Atas peran yang sang Ayah, kakak beradik Koeswoyo tersebut menghidupkan kembali Koes Bersaudara dan beberapa kali mengaluarkan album. Album perdana Koes Bersaudara pada 1977 berjudul  “Kеmbаlі”.

Lаgu dаn аlbum іnі mеlеdаk, dаn hіnggа kіnі bіѕа dіkаtаkаn ѕеbаgаі lаgu wајіb раrа реnggеmаr Kоеѕ Pluѕ/Bеrѕаudаrа.  Grup ini menelurkan  4  album hingga 1978. Namun,  аkhіrnуа bubаr ѕесаrа tаk rеѕmі, Yоn bеrѕаmа ѕаudаrаnуа Tоnnу dаn Yоk, ѕеrtа Murrу kеmbаlі mеnguѕung Gruр Kоеѕ Pluѕ.

Pаdа tаhun 1981, Yon  mеngеluаrkаn ѕоlо аlbum уаng bеrtајuk “Lаntаrаn”. Sеbаgіаn bеѕаr lаgu dаlаm аlbum іnі bеrіѕі krіtіk ѕоѕіаl уаng dіѕаmраіkаn dеngаn bаhаѕа аbѕtrаk dаn tаk mudаh lаngѕung dісеrnа seperti “Jakarta” dan “Tuan-Tuan”.
Pаdа 1986, Kоеѕ Bеrѕаudаrа kеmbаlі bеrѕаtu dаn mеngеluаrkаn 6 buаh аlbum раdа tаhun 1987. Gruр іnі ѕеmраt mеrаіh kеѕukѕеѕаn dеngаn lаgu “Kаu Dаtаng Lаgі”.

Nаmun kеbеrѕаmааn іtu tаk bеrlаngѕung lаmа, kаrеnа раdа tаhun 1987 іtu рulа kеmudіаn ѕаng kаkаk Tоnnу Kоеѕwоуо mеnіnggаl dunіа kаrеnа реnуаkіt kаnkеr uѕuѕ уаng dіdеrіtаnуа. Sереnіnggаl Tоnnу, Kоеѕ Bеrѕаudаrа mаѕіh ѕеmраt mеngеluаrkаn 8 buаh аlbum раdа tаhun 1988 dаn 2 buаh аlbum раdа tаhun 2000.

Yon mаѕіh аktіf bеrmuѕіk, Iа mеnјаdі ѕаtu-ѕаtunуа kеluаrgа Kоеѕwоуо mаѕіh аktіf dі реntаѕ-реntаѕ muѕіk nоѕtаlgіа bеrѕаmа Kоеѕ Pluѕ dеngаn bеrbаgаі fоrmаѕі уаng dіbеntuk раѕса wаfаtnуа Tоnnу Kоеѕwоуо. Sеtеlаh іtu munсullаh аlbum-аlbum Koеѕ Pluѕ уаng mеlіbаtkаn muѕіѕі-muѕіѕі bеѕаr ѕереrtі Dеddу Dоrеѕ (еx Frееdоm оf Rhарѕоdіа), Abаdі Sоеѕmаn (еkѕ Gоd Blеѕѕ), ѕеrtа muѕіѕі-muѕіѕі hаndаl lаіnnуа.

Mulаі 1993 bаnd іnі kеmbаlі mеnggеbrаk рublіk tаnаh аіr dеngаn bеrbаgаі ѕhоw соmе bасknуа уаng dіgаgаѕ оlеh Aіѕ Suhаnа, mаntаn mаnајеr Kоеѕ Pluѕ. Murrу рun kеmbаlі mеngіѕі fоrmаѕі ѕеbаgаі drummеr Kоеѕ Pluѕ. Dаrі rаngkаіаn tоur ѕhоw іtu tеrlіhаt bаhwа bаnd іnі mаѕіh mеmіlіkі bеgіtu bаnуаk реnggеmаr ѕеtіа уаng mеrіndukаn mаѕа kееmаѕаn mеrеkа. Tеrbuktі dеngаn mеmbludаk dаn ѕukѕеѕnуа ѕhоw Kоеѕ Pluѕ wаlаuрun tіkеt уаng dіјuаl bеgіtu mаhаl раdа аwаlnуа.

Dalam perjalanan karir grup band Koes Plus, Satu persatu keluarga Koeswoyo mengundurkan diri, ada karena alasan sakit atau sibuk dengan aktivitas lain. Hingga pada 2004, Yоn mеnјаdі ѕаtu-ѕаtunуа kеluаrgа Kоеѕwоуо уаng mаѕіh tеrѕіѕа dаlаm Bаnd Kоеѕ Pluѕ. Yоn kеmudіаn mеrеkrut раrа реmаіn mudа уаknі : Dаnаng еx B-Pluѕ (guіtаrіѕt), Sоnі еx B-Pluѕ (bаѕѕіѕt), dаn Sеnо (drumеr ) untuk mеnggеnарі fоrmаѕі Kоеѕ Pluѕ уаng іа ѕеbut ѕеbаgаі Kоеѕ Pluѕ Pеmbаhаruаn аtаu Kоеѕ Pluѕ fоrmаѕі mіlеnіum.

Tutup Usia

Di usia tuanya, Yоn mulаі bаnуаk mеngіѕі hаrі-hаrі dеngаn bеrkеbun dаn mеlukіѕ. Iа mulаі іntеnѕіf mеlukіѕ ѕејаk 2001 mеѕkі tіdаk dіtuјukаn untuk kоmеrѕіl. Sеlаіn mеlukіѕ, іа јugа mаѕіh аktіf mеnсірtа lаgu dаn mеnуіарkаn аlbum bаru Kоеѕ Pluѕ fоrmаѕі tеrаkhіr уаng tеruѕ dіuѕungnуа hіnggа ѕааt іnі.

Jumat, 5 Januari 2018, dunia hiburan dirundung duka mendalam kehilangan seorang musisi legendaris, Yon Koeswoyo yang menghembuskan nafas terakhir karena menderita komplikasi infeksi paru-paru dan jantung. Jenazahnya disemayamkan di rumah duka, Jalan Salak, Pamulang, Tangerang Selatan.

Yon Koeswoyo meninggalkan empat anak, yaitu dua anak dari istri pertama Damiana Susi yakni Ulung Gаrіуаѕ (Gеrrу) Kоеѕwоуо dаn Otmаr Vеdа (Dаvіd Kоеѕwоуо). Serta dua anak dari istri kedua Bоnіtа Angеlіа, bernama Bеlа Arоn Kоеѕwоуо dаn Kеnаѕ Kоеѕwоуо.




















Friday, January 5, 2018

Getaran Tilawah Musa La Ode Abu Hanafi

Hafiz Cilik Indonesia
Hafiz cilik Indonesia, Musa La Ode Abu Hanafi.
Musa La Ode Abu Hanafi dengan tenang melanjutkan bacaan dari potongan ayat yang dibacakan oleh salah satu juri pada ajang Musabaqah Hifdzil Quran (MHQ) Internasional Sharm El-Sheikh, Mesir. Tilawah Musa menggema di ruangan perlombaan. 

Ayat-demi ayat  dilantunkan dengan lancar. Tak terasa, air mata merinai di wajah  Ketua Dewan Juri Sheikh Helmy Gamal, Wakil Ketua Persatuan Quraa Mesir dan sejumlah hadirin.

Musa La Ode Abu Hanafi masih berumur 7 tahun, tapi dia sudah menghafal 30 juz Al Quran. Walau menjadi peserta termuda di ajang Hafiz Tingkat Dunia pada 10-14 April 2016 itu,  Musa mampu menyabut juara III untuk kategori anak-anak.

Musa merupakan satu-satunya peserta asal Indonesia yang unjuk kemampuan hapalan Quran bersama 80 peserta dari 60 negara, diantaranya Mesir, Sudan, Arab Saudi, Kuwait, Maroko, Chad, Aljazair, Mauritania, Yaman, Bahrain, Nigeria, Malaysia, Brunei Darussalam, Filipina, Thailand, Australia, Ukraina, dan Indonesia serta negara-negara lainnya.

Prestasi Musa dalam hapalan Al Quran mendapat apresiasi dari Menteri Wakaf Mesir Prof Dr Mohamed Mochtar Gomaa. Dia mengundang Musa dan ayahandanya, La Ode Abu Hanafi pada peringatan Malam Lailatul Qadar Ramadhan 2017. 

Pemerintah Mesir menanggung biaya tiket dan akomodasi selama mereka berada di Mesir. Menteri Gomaa menyampaikan takjubnya kepada Musa yang berusia paling kecil dan tidak bisa berbahasa Arab, tapi menghapal Alquran dengan sempurna.


Disiplin Tinggi

Musa La Ode Abu Hanafi lahir di Bangka Barat pada 26 Juli  2008.  Merupakan anak pertama dari lima bersaudara pasangan  Yulianti dan La Ode Abu Hanafi. Selain anugerah dari Allah, kemampuan hapalan Quran yang dimiliki Musa juga berkat keistiqomahan Ayah Bundanya mendampingi pendidikan anak-anak mereka.

Ayah Musa hanyalah seorang pedagang yang memiliki toko kecil dan sepi pengunjung, serta mencari getah karet untuk mencukupi kebutuhan keluarga.

Selama dalam kandungan hingga usia dua tahun, Musa lebih banyak mendapatkan pendidikan dari Ayah dan Bundanya yang selalu mengeraskan bacaan shalat, dan membacakan doa harian di depan anak-anak. Kemudian melalui CD-CD murottal dan pengajian.

Ketika masuk usia 2 tahun, Ayah dan Bundanya baru mulai memberikan jadwal hapalan secara disiplin bakda subuh dan bakda manghrib. Awalnya hanya sekitar 5 menit, tapi disiplin dan rutin. 

Setelah hapalan semakin panjang, maka waktu hapalan juga bertambah dengan sendirinya yaitu bakda subuh, bakda zuhur, bakda ashar, dan bakda maghrib. Peningkatan jumlah hapalan disesuaikan dengan kemampuan Musa.

Orangtua Musa juga sangat disiplin menjauhkan sejak dini anak-anak mereka dari pengaruh tontonan televisi, dan musik. Namun, anak-anak tetap diberi jadwal dan waktu bermain dengan memfasilitasi anak-anaknya berbagai mainan edukatif.


Koleksi Prestasi

Pada usia 5,5 tahun, Musa mampu menghapal 29 juz Alquran, dengan kedisiplinan merojaah setiap harinya 5-6 juz. Untuk memotivasi Musa dan anak-anak seusia Musa, maka orangtua Musa kerap mengikutkan anaknya ke berbagai perlombaan hapalan Quran. 

Musa pernah mengikuti Lomba Hafiz Cilik di stasiun televisi swasta, lalu Lomba Hafalan Quran di Jeddah menduduki peringkat ke-12 dengan nilai mumtaz 90,83 poin dari 100 nilai sempurna.

Pada Agustus  2014, Musa memperoleh piagam penghargaan tingkat nasional dari MURI sebagai Hafiz Al Quran 30 Juz termuda di Indonesia. Dan, perstasi terbarunya meraih peringkat III MHQ Internasional Sharm El-Sheikh, Mesir pada April 2016. 

Saat ini, Musa dan orangtuanya kerap diundang mengisi pengajian, dan acara televisi tentang cara mendidik anak menghapal Alquran. Musa juga kerap diuji  utnuk melanjutkan bacaan ayat pada surah-surah tertentu dalam Alquran.


Thursday, January 4, 2018

Denting Piano Joey Alexander

Joey Alexander Sila Nomine Termuda Grammy Award
Pianis muda Indonesia Joey Alexander Sila memukau dunia.
Pianis asal Indonesia ini menjadi  nomine termuda di ajang Grammy Award.

Bibir dan geraham bocah berkacamata Rip Curl dengan gagang hitam tebal itu menghentak-hentak lembut mengikuti irama musik jazz yang dia mainkan. 
Matanya bergerak cepat mengikuti jemarinya yang bergerak lincah di atas tuts-tuts piano. Denting piano Joey Alexander Sila, pianis belia asal Indonesia itu memukau penonton dari panggung Grammy Awards 2017. Di ajang ini juga anak prodigy (ajaib) ini  sepanggung musisi-musisi dunia lainnya.
Penampilan Joey Alexander malam itu memberi warna baru pada khazanah jazz dunia. Putra Denny Sila dan Fara Leonara Urbach kelahiran Denpasar, Bali, 25 Juli 2003 ini menjadi nomine Grammy Awards 2017 untuk kategori Improvised Jazz Solo lewat lagu Countdown. Ini merupakan kedua kalinya, Joey masuk ke ajang bergengsi musisi dunia.
Sebelumnya, Joey juga menjadi nomine termuda di ajang Grammy Award 2016. Joey masuk untuk dua nominasi yaitu Best Instrumental Jazz Album untuk albumnya yang bertajuk My Favorite Things dan Best Improvised Jazz Solo untuk lagu Giant Steps yang terdapat di album tersebut.
Album My Favorite Things memang digarap serius dengan diproduseri oleh Jason Olaine yang juga menjadi produser terbaik Grammy Award. Joey juga berkolaborasi dengan tiga musisi muda asal New York : Russell Hall (bass), Sammy Miller (drums), dan Alphonso Horne (terompet).

Belajar Otodidak
Siapa yang menyangka, kepiawaian Joey memainkan piano diperoleh dengan belajar otodidak. Kedua orangtua Joey merupakan penggemar musik klasik jazz, terutama karya Loius Armstrong. Sejak di kandungan, dia sudah didengarkan dengan musik-musik klasik oleh kedua orangtuanya. Ketika kecil, Joey seperti sebuah anugerah yang langsung menjadi penggemar musik jazz. Dia hobi mendengarkan album-album  klasik milik ayahnya.
Pada usia 6 tahun, Joey belajar piano otodidak menggunakan keyboard listrik pemberian sang Ayah. Dengan keyboard mungil itu, Joey kecil piawai memainkan lagu Thelonius Monk, Weel You Needn’t. Kedua orangtua Joey takjub dengan kemampuan anak mereka.
Melihat bakat sang Anak, kedua orang tua Joey yang memiliki usaha wisata petualangan di Bali, meninggalkan usaha tersebut. Mereka pindah ke Jakarta agar Joey bisa dekat dengan musisi jazz papan atas Indonesia.  Joey sempat mengikuti kursus musik klasik, tapi yang sudah terlanjut jatuh cinta dengan jazz memilih untuk belajar secara otodidak.
Joey mengungkap, menyukai jazz karena tidak harus sesuai partitur, jazz lebih terbuka. Dalam musik jazz, Joey mengaku menemukan kebebasan, spontanitas dan eskpresi.

Koleksi Prestasi
Joey memulai debut sebagai pianis solo pada usia 8 tahun di acara UNESCO yang dihadiri ikon jazz dunia Herbie Hancock saat datang ke Indonesia. Setelah itu Joey terus tampil di berbagai festival jazz Jakarta dan luar negeri seperti Jazz Spot di Kemang, Serambi Jazz Goethe Hauss, Jakarta International Jazz Festival, World Youth Jazz Festival di Kuala Lumpur, dan pernah diundang UNESCO bermain di depan ikon jazz dunia, Herbie Hancock.
Keponakan Nafa Urbach ini sudah mencetak berbagai prestasi, diantaranya masuk dalam Billboard 200 di Amerika Serikat pada peringkat 174 (30 Mei 2015), dan menjadi artis kedua Indonesia yang sukses di Chart Billboard setelah Anggun C Sasmi.
Bahkan, di usia yang masih bau kencur, Joey berhasil menjadi jawara Grand Prix 1st International Festival Contest of JazzImprovisation Skill” di Odessa, Ukraina (Juni 2013). Sebagai pianis termuda, dia berhasil mengungguli 43 peserta dari berbagai belahan dunia. Joey dihadiahi tur keliling Eropa dan kontrak rekaman album.
Pada 2014, orang tua Joey memutuskan pindah ke New York dengan bantuan tokoh-tokoh jazz seperti Wynton Marsalis (peniup terompet). Dari sini, Joey mulai menata karirnya sebagai pianis kelas dunia. Ini dibuktikan oleh Joey dengan dua kali menjadi nomine Grammy Award dan berbagai prestasi tingkat dunia lainnya. 

Tuesday, January 2, 2018

Kekuatan Pena Malala Yousafzai

Aktivis pendidikan perempuan Pakistan
Saat ini Malala Yousafzai menempuh kuliah di Universitas Oxford.
Aktivis hak-hak perempuan dan pendidikan Pakistan  yang meraih nobel di usia 17 tahun.

Layaknya perempuan Pakistan lainnya yang hidup di masa pemerintahan Taliban, Malala Yousafzai yang ketika itu sudah menginjak usia 11 tahun dilarang bersekolah di madrasah. Pemerintahan Pakistan tidak membolehkan kaum perempuan untuk mendapatkan pendidikan yang layak.

Namun, gadis kecil kelahiran Mingora, 12 Juli 1997 dari keluarga bersuku Pusthun itu memilih berjuang melepas belenggu diskriminasi.  Di usia yang masih belasan tahun itu, Malala menjadikan pena sebagai senjata melawan kebijakan pemerintahan Taliban yang merugikan kaum perempuan Pakistan.

Dia mengisahkan kengerian dan diskriminasi yang dialami perempuan Pakistan dengan menjadi blogging untuk BBC menggunakan nama samaran Gul Makai. Malala mewarisi kepiawaian menulis dari sang Ayah, Ziauddin Yousafzai yang merupakan seorang penyair, pemilik Khushal Public School, dan juga aktivis pendidikan.

Gadis hitam manis ini mulai memberanikan diri berbicara di depan publik pada 2008. "Berani-beraninya Taliban merampas hak saya atas pendidikan!" adalah seruan pertamanya di depan televisi dan radio di Pakistan. Keberanian, kecerdasan dan ketegasan Malala mendapat perhatian khusus dari sang Ayah.  Ziauddin Yousafzai mendorong Malala untuk menjadi seorang politisi, walau sejatinya Malala bercita-cita menjadi dokter.

Pidato-pidato Malala memperjuangkan hak-hak perempuan dinilai sebagai ancaman oleh Taliban. Dia mendapatkan ancaman kematian, tapi saat itu keluarganya berpikir bahwa Taliban tidak akan mungkin menyakiti anak-anak, bahkan Malala mengkhawatirkan keselamatan Ayahnya yang juga aktivis pendidikan.

Ditembak Pria Tak Dikenal
Penanggalan menujuk angka 9 Oktober 2012, hari naas bagi Malala yang ketika itu berusia 15 tahun sedang naik bus bersama teman-temannya pulang dari sekolah, seorang pria bersenjata bertopeng ikut naik ke atas bus. Pria tersebut mengancam semua penumpang  bus untuk menunjukkan gadis yang bernama Malala.

Ketika teman-temannya melihat ke Malala, di penembak langsung mendekati Malala dan memukul kepala kiri remaja itu. Peluru kemudian bersarang di leher dan kepala Malala. Insiden itu ikut melukai dua gadis lainnya yang merupakan teman Malala.

Malala dalam kondisi kritis saat dibawa ke rumah sakit militer di Peshawar, Pakistan. Sebagian tengkoraknya diangkat karena dokter harus mengobati otaknya yang bengkak akibat tembakan pria misterius itu. Akhirnya, Malala diterbangkan ke Inggris dan mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit Birmingham.

Takdir menggariskan Malala bertahan hidup. Gadis tangguh itu sempat mengalami koma, kemudian menjalani serangkaian operasi untuk memperbaiki fungsi otak dan saraf wajah kiri yang mengalami kelumpuhan. Beruntung Malala tidak mengalami kerusakan otak besar sehingga dia tetap bisa hidup sehat secara fisik, mental dan spritual. Bahkan, pada Maret 2013, Malala sudah bisa memulai aktivitas sekolah di Birmingham.

Penembakan tersebut menggegerkan dunia internasional. Dukungan dan simpati terus mengalir kepada remaja pejuang hak-hak pendidikan perempuan Pakistan tersebut. Kelompok yang terdiri atas 50 ulama di Pakistan juga mengeluarkan fatwa menentang penembakan ini.

Pidato di PBB

Malala tidak pernah berhenti berjuang. Pada 2013, dia berpidato di PBB tentang hak-hak pendidikan perempuan, serta mendesak para pemimpian dunia untuk mengubah kebijakan mereka. Dia menyatakan serangan teroris terhadap dirinya tidak mengubah tujuan hidupnya dan menghentikan ambisinya agar perempuan Pakistan mendapatkan hak pendidikan.

Malala juga mendesak pemberantasan butu huruf, pengentasan kemiskinan dan terorisme.  "Para ekstremis, dan mereka, takut dengan buku dan bolpoin. Kekuatan pendidikan membuat mereka takut. Mereka takut pada wanita ... Mari kita ambil buku dan bolpoin kita. Mereka adalah senjata kita yang paling kuat. "

Malala merangkum seluruh peristiwa hidupnya dalam buku autobiografi “I Am Malala : The Girl Who StoodUp for Education and Was Shot by the Taliban “ yang dirilis pada Oktober 2013. Dan menjadi buku terlaris di dunia.

Anugerah Nobel Perdamaian

Pada bulan dan tahun yang sama, Malala yang sudah menginjak usia 17 tahun, dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian, bersama aktivis hak asasi anak India, Kailash Satyarthi. Pada Oktober 2015, Sutradara Davis Guggenheim mengangkat kisah hidup Malala dalam sebuah film dokumenter yang diberi judulHe Named Me Malala.

Pada Agustus 2017, Malala mentweet bahwa dia diterima di Universitas Oxford. Dia akan belajar tentang filsafat, politik, dan ekonomi. Malala melanjutkan advokasinya dengan mendirikan Malala Fund. Pada ulang tahunnya yang ke-18 pada Juli 2015, membuka sekolah untuk para gadis pengungsi Suriah di Lebanon. Sekolah ini menampung sekitar 200 gadis berusia 14 tahun hingga 18 tahun.

"Hari ini pada hari pertamaku sebagai seorang dewasa, atas nama anak-anak di dunia, aku menuntut para pemimpin,  kita harus menginvestasikan buku bukan peluru,” tutur Malala di salah satu ruang kelas sekolahnya.